Penjabaran Manfaat Lamun / Seagrass

Sebelum kita ingin mengetahui manfaat tentang tumbuhan Lamun, mungkin kita harus mengetahui apa itu Lamun? itu sendiri. lamun biasa disebut Seagress merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang berkembangbiak di laut dangkal, bagi masyarakat Indonesia tanaman ini dikenal dengan sebutan Lamun. Lamun dapat tumbuh membentuk satu kawasan luas yang dinamakan padang lamun.


Karena kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan air laut maka tanaman lamun bisa hidup normal dalam keadaan terbenam, dan mempunyai system perakaran jangkar (rhizoma). dibanding tanaman laut seperti makro-alga dan rumput laut (seaweed) Lamun mempunyai kaunikan yaitu memiliki bunga dan buah yang akhirnya akan berkembang menjadi benih lamun, hal ini dikarenakan substrat dasar lamun hamper sama dengan dasar tanah bagi tanaman darat.

Kemampuan akar yang kuat untuk mencengkram substrat merupakan salah satu faktor yang memnyebabkan lamun bisa hidup normal, namun akar tersebut tidak berfungsi penting untuk pengambilan air – sebagaimana tanaman darat. Fungsi penting akar lamun yaitu dalam tudung akarnya membantu menyerap nutrient dan melakukan fiksasi nitrogen. Sementara itu organ yang banyak menyerap nutrient (zat gizi) langsung dari air laut adalah daun lamun, untuk menjaga agar tubuhnya tetap mengapung dalam kolom air, lamun dilengkapi dengan rongga udara yang terdapat didaunnya.

Lamun dapat tumbuh subur di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai yang dasarnya bisa berupa Lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati dengan kedalaman hingga 4 meter. Bahkan diperairan yang sangat jernih beberapa jenis lamun dapat hidup dan berkembang di kedalaman 8 hingga 15 meter.

Terdapat dua jenis vegetasi lamun, vegetasi lamun tunggal dan vegetasi lamun campuran. Vegetasi lamu tunggal merupakan padang lamun yang tersusun dari satu jenis lamun didalamnya, contoh vegetasi tunggal adalah Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Cymodocea serrulata, dan Thalassodendron ciliatum. Sedangkan vegetasi campuran adalah padang lamun yang tersusun dari berbagai macam jenis lamun didalamnya.

Manfaat Lamun atau Seagrass

Disini saya ingin mencoba membahas secara terperinci mengenai tumbuhan lamun. Seperti halnya terumbu karang, padang lamun merupakan tempat berkumpulnya berbagai flora dan fauna akuatik dengan berbagai tujuan dan kepentingan. Di padang lamun biasanya tumbuh juga alga, rumput laut, moluska, echinodermata, udang, dan ikan. Biota-biota senang hidup dikawasan lamun terutama ikan. Ada jenis ikan yang sepanjang hidupnya tinggal di padang lamun, untuk reproduksi dan tumbuh dewasa, ada juga yang tinggal salama juvenile dan pergi setelah dewasa. Banyak penelitian menunjukkan jumlah ikan ekonimi penting tidak banyak terdapat disana, ini berarti padang lamun lebih cenderung sebagai tempat pembesaran dan mencari makan.

Dari sekian banyak biota laut, penyu hijau dan dugong adalah biota yang sangat suka dengan padang lamun. Bisa dikatakan kedua hewan ini hudupnya tergantung dengan vegetasi lamun, hal ini tidak lain dikarenakan lamun menjadi sumber makan bagi mereka. Penyu hijau biasanya memakan lamun jenis Cymodoceae, Thalassia, dan Halophila. Sedangkan dugong senang memakan jenis Poisidonia dan Halophila. Kebanyakan hewan pemakan lamun, mereka mengincar dibagian akar dan daunnya, dikarenakan bagian tersebut memiliki kandungan nutrien yang tinggi.

Di Indonesia, lamun yang ditemukan terdiri atas tujuh marga (genera). Dari 20 jenis lamun yang dijumpai di perairan Asia Tenggara, 12 di antaranya dijumpai di Indonesia. Penyebaran padang lamun di Indonesia cukup luas, mencakup hampir seluruh perairan Nusantara yakni Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Dari seluruh jenis, jenis Thalassia hemprichii merupakan yang paling dominan di Indonesia.

Keanekaragaman hayati lamun yang paling tinggi ada di perairan Teluk Flores dan Lombok, masing-masing ada 11 spesies. Jika dibandingkan, maka keanekaragaman hayati lamun di perairan Indonesia bagian timur ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan bagian barat. Hal ini diduga karena posisi daerah bagian timur yang lebih dekat dengan pusat penyebaran lamun di perairan Indo Pasifik, yaitu Filipina (16 jenis) dan Australia Barat yang memiliki 17 jenis.

Padang lamun memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan bagi berbagai kepentingan, misalnya sebagai tempat kegiatan budidaya laut berbagai jenis ikan, kerang-kerangan dan tiram. Karena pemandangannya yang tak kalah eksotik dibandingkan terumbu karang, padang lamun bisa dijadikan tempat rekreasi atau pariwisata. Ia juga bisa diolah sebagai sumber pupuk hijau.

Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup pada padang lamun ada berbagai penghuni tetap ada pula yang bersifat sebagai pengunjung. Hewan yang datang sebagai pengunjung biasanya untuk memijah atau mengasuh anaknya seperti ikan. Selain itu, ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-dugong) dan penyu (turtle) yang makan lamun Syriungodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii (Nontji, 1987).

Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewan–hewan nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan fauna.

Pada padang lamun ini hidup berbagai macam spesies hewan, yang berassosiasi dengan padang lamun. Di perairan Pabama dilaporkan 96 spesies hewan yang berassosiasi dengan beberapa jenis ikan. Di teluk Ambon di temukan 48 famili dan 108 jenis ikan. Di Teluk Ambon ditemuklan 48 famili dan 108 jenis ikan adalah sebagai penghuni lamun, sedangkan di Kepulauan Seribu sebelah utara Jakarta di temukan 78 jenis ikan yang berassosiasi dengan padang lamun. Selain ikan, sapi laut dan penyu serta banyak hewan invertebrata yang berassosiasi dengan padang lamun, seperti: Pinna sp, beberapa Gastropoda, Lambis, Strombus, teripang, bintang laut, beberapa jenis cacing laut dan udang (Peneus doratum) yang ditemukan di Florida selatan (Nybakken, 1988). Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama, sebagian padang lamun akan tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah Enhalus acoroides, sehingga burung-burung berdatangan mencari makanan di padang lamun ini (Nontji, 1987).

Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:

Lamun Sebagai produsen primer

Lamun atau seagrass mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975).

Sebagai habitat biota

Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977).

Sebagai penangkap sedimen

Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi ( Gingsburg & Lowestan 1958).

Sebagai pendaur zat hara

Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.

Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif. ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain:

1 Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui I tekanan–tekanan dari arus dan gelombang.
2 Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
3 Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
4 Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
5 Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
6 Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.

Lamun juga digunakan sebagian masyarakat secara tradisional maupun modern, secara tradisional lamun digunakan untuk:
1. Pupuk dan Kompos
2. Mainan anak-anak
3. Dianyam menjadi keranjang
4. Pengisi kasur
5. Jaring ikan

Secara modern lamun digunakan untuk
1. Penyaring limbah
2. Stabilistor pantai
3. Bahan untuk kertas
4. Obat-obatan
5. Sumber bahan kimia

Sanyangnya, ekosistem ini rentan terhadap perubahan lingkungan yang bersifat pencemaran yang sering terjadi akibat dari kegiatan manusia. Di kawasan pantai manusia melakukan pengerukan dan pengerukan untuk pengembangan pemukiman pantai, industri, saluran navigasi dan limbahnya. Hal tersebut akan meningkatkan kekeruhan air dan berakibat menghambat laju fotosintesis dan pengambilan nutrien (zat gizi) di perairan. Selain itu juga akan berpengaruh langsung bagi hewan yang hidup di ekosistem lamun, karena logam berat dan senyawa organoklorin mngakibatkan terjadinya akumulasi (penumpukan kandungan) yang disebut magnifikasi biologis. Sebagai contoh di teluk Jakarta terjadi penimpukan kandungan merkuri di kerang-kerangan.

Selain itu, tindakan membuang sampah sembarangan ke laut mengakibatkan turunnya kandungan oksigen terlarut, serta dapat menimbulkan eutrofikasi (peningkatan kesuburan plangton). Hal ini bisa memancing meledaknya pertumbuhan perifiton, organisme yang menempel di organisme lain. Perifiton yang banyak menempel di daun lamun akan menghambat lamun untuk menyerap sinar matahari dalam proses fotosintesisnya. Hal serupa juga akan terjadi jika permukaan perairan mengalami pencemaran minyak.

Ekosistem lamun sangat sensitif dengan pencemaran limbah pertanian (pestisida), pestisida atau pupuk akan mematikan hewan-hewan yang hidup disana. Pupuk yang masuk ke peraiaran lamun juga akan menimbulkan eutrofikasi (peningkatan kesuburan plangton), seperti yang dijelaskan diatas.

Lamun hidup dan terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 0,5-10 m. Namun sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesies lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di daerah ugahari (Barber, 1985). Habitat lamun dapat dipandang sebagai suatu komunitas, dalam hal ini suatu padang lamun merupakan kerangka struktur dengan tumbuhan dan hewan yang saling berhubungan. Habitat lamun dapat juga dipandang sabagai suatu ekosistem, dalam hal ini hubungan hewan dan tumbuhan tadi dipandang sebagai suatu proses tunggal yang dikendalikan oleh pengaruh-pengaruh interaktif dari faktor-faktor biologis, fisika, kimiawi. Ekosistem padang lamun pada daerah tropik dapat menempati berbagai habitat, dalam hal ini status nutrien yang diperlukan sangat berpengaruh. Lamun dapat hidup mulai dari rendah nutrien dan melimpah pada habitat yang tinggi nutrien.

Lamun pada umumnya dianggap sebagai kelompok tumbuhan yang homogen. Lamun terlihat mempunyai kaitan dengan habitat dimana banyak lamun (Thalassia) adalah substrat dasar dengan pasir kasar. Menurut Haruna (Sangaji, 1994) juga mendapatkan Enhalus acoroides dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit berlumpur dan kadang-kadang terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran pecahan karang yang telah mati.

Keberadaan lamun pada kondisi habitat tersebut, tidak terlepas dan ganguan atau ancaman-ancaman terhadap kelansungan hidupnya baik berupa ancaman alami maupun ancaman dari aktivitas manusia.

Banyak kegiatan atau proses, baik alami maupun oleh aktivitas manusia yang mengancam kelangsungan ekosistem lamun. Ekosistem lamun sudah banyak terancam termasuk di Indonesia baik secara alami maupun oleh aktifitas manusia. Besarnya pengaruh terhadap integritas sumberdaya, meskipun secara garis besar tidak diketahui, namun dapat dipandang di luar batas kesinambungan biologi. Perikanan laut yang meyediakan lebih dari 60% protein hewani yang dibutuhkan dalam menu makanan masyarakat pantai, sebagian tergantung pada ekosistem lamun untuk produktifitas dan pemeliharaanya. Selain itu kerusakan padang lamun oleh manusia akibat pemarkiran perahu yang tidak terkontrol (Sangaji, 1994).

Ancaman-ancaman alami terhadap ekosistem lamun berupa angin topan, siklon (terutama di Philipina), gelombang pasang, kegiatan gunung berapi bawah laut, interaksi populasi dan komunitas (pemangsa dan persaingan), pergerakan sedimen dan kemungkinan hama dan penyakit, vertebrata pemangsa lamun seperti sapi laut. Diantara hewan invertebrata, bulu babi adalah pemakan lamun yang utama. Meskipun dampak dari pemakan ini hanya setempat, tetapi jika terjadi ledakan populasi pemakan tersebut akan terjadi kerusakan berat. Gerakan pasir juga mempengaruhi sebaran lamun. Bila air menjadi keruh karena sedimen, lamun akan bergeser ke tempat yang lebih dalam yang tidak memungkinkan untuk dapat bertahan hidup (Sangaji, 1994).

Limbah pertanian, industri, dan rumah tangga yang dibuang ke laut, pengerukan lumpur, lalu lintas perahu yang padat, dan lain-lain kegiatan manusia dapat mempunyai pengaruh yang merusak lamun. Di tempat hilangnya padang lamun, perubahan yang dapat diperkirakan menurut Fortes (1989), yaitu:

1. Reduksi detritus dari daun lamun sebagai konsekuensi perubahan dalam jaring-jaring makanan di daerah pantai dan komunitas ikan.
2. Perubahan dalam produsen primer yang dominan dari yang bersifat bentik yang bersifat planktonik.
3. Perubahan dalam morfologi pantai sebagai akibat hilangnya sifat-sifat pengikat lamun.
4. Hilangnya struktural dan biologi dan digantikan oleh pasir yang gundul.
Banyak kegiatan atau proses dari alam maupun aktivitas manusia yang mengancam kelangsungan hidup ekosistem lamun seperti berikut :
- Pengerukan dan pengurugan yang berkaitan dengan pembangunan areal estate pinggir laut, pelabuhan, industri, saluran navigasi
- Pencemaran limbah industri terutama logam berat, dan senyawa organolokrin
- Pembuangan sampah organik
- Pencemaran limbah pertanian
- Pencemaran minyak

memiliki dampak pada Lamun:
• Perusakan total padang lamun
• Perusakan habitat di lokasi pembuangan hasil pengerukan
• Dampak sekunder pada perairan dengan meningkatnya kekeruhan air, dan terlapisnya insan hewan air
• Terjadinya akumulasi logam berat padang lamun melalui proses biological magnification
• Penurunan kandungan oksigen terlarut
• Dapat tmerjadi eutrofikasi yang engakibatkan blooming perifiton yang menempel di daun lamun, dan juga meningkatkan kekeruhan yang dapat menghalangi cahaya matahari
• Pencemaran pestisida dapat mematikan hewan yang berasosiasi dengan padang lamun
• Pencemar pupuk dapat mengakibatkan eutrofikasi
• Lapisamn minyak pada daun lamun dapat menghalangi proses fotosintesis

Selain beberapa ancaman tersebut, kondisi lingkungan pertumbuhan juga mempengaruhi kelangsungan hidup suatu jenis lamun, seperti yang dinyatakan oleh Barber (1985) bahwa temperatur yang baik untuk mengontrol produktifitas lamun pada air adalah sekitar 20 sampai dengan 300C untuk jenis lamun Thalassia testudinum dan sekitar 300C untuk Syringodium filiforme. Intensitas cahaya untuk laju fotosintesis lamun menunjukkan peningkatan dengan meningkatnya suhu dari 290C sampai 350C untuk Zostera marina, 300C untuk Cymidoceae nodosa dan 25-300C untuk Posidonia oceanica.

Kondisi ekosistem padang lamun di perarain pesisir Indonesia sekitar 30-40%. Di pesisir pulau Jawa kondisi ekosistem padang lamun telah mengalami gangguan yang cukup serius akibat pembuangan limbah indusri dan pertumbuhan penduduk dan diperkirakan sebanyak 60% lamun telah mengalami kerusakan. Di pesisir pulau Bali dan pulau Lombok ganguan bersumber dari penggunaan potassium sianida dan telah berdampak pada penurunan nilai dan kerapatan sepsiens lamun (Fortes, 1989).

Selanjutnya dijelaskan oleh Fortes (1989) bahwa rekolonialisasi ekosistem padang lamun dari kerusakan yang telah terjadi membutuhkan waktu antara 5-15 tahun dan biaya yang dibutuhkan dalam mengembalikan fungsi ekosistem padang lamun di daerah tropis berkisar 22800-684.000 US $/ha. Oleh karena itu aktiviras pembangunan di wilayah pesisir hendaknya dapat memenimalkan dampak negatif melalui pengkajian yang mendalam pada tiga aspek yang tekait yaitu: aspek kelestarian lingkungan, aspek ekonomi dan aspek sosial.

Ancaman kerusakan ekosistem padang lamun di perairan pesisir berasal dari aktivitas masyarakat dalam mengeksploatasi sumberdaya ekosistem padang lamun dengan menggunakan potassium sianida, sabit dan gareng serta pembuangan limbah industri pengolahan ikan, sampah rumah tangga dan pasar tradisional. Dalam hal ini Fauzi (2000) menyatakan bahwa dalam menilai dampak dari suatu akifitas masyarakat terhadap kerusakan lingkungan seperti ekosistem padang lamun dapat digunakan dengan metode tehnik evaluasi ekonomi yang dikenal dengan istilah Environmental Impact Assesment (EIA). Metode ini telah dijadikam istrumen universal dalam mengevaluasi dampak lingkungan akibat aktivitas pembangunan, disamping itu metode evaluasi ekonomi dapat menjembatani kepentingan ekonomi masyarakat dan kebutuhan ekologi dari sumber daya alam.
Next: Produktivitas Lamun / Seagrass Di Lingkungan Laut