Cara pemulihan hewan karang dengan menggunakan metode transplantasi ini merupakan solusi yang paling tepat untuk membentuk suatu ekosistem terumbu karang. dikutip dari coremap indonesia prinsip transplantasi terumbu karang adalah memotong cabang karang dari karang hidup, lalu ditanam pada terumbu karang yang mengalami kerusakan atau pada substrat buatan. Teknik ini diharapkan dapat mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak dan dapat pula dipakai untuk membangun daerah terumbu karang yang baru.
Teknik transplantasi karang yang pertama kali diujicobakan di Indonesia ialah teknik transplantasi dengan metode substrat dasar. Metode ini merupakan metode transplantasi karang dengan pembuatan substrat dari bahan-bahan yang disesuaikan dengan dasar perairan di habitat karang alami. Hal ini dimaksudkan agar karang yang ditransplantasikan mudah melekat pada substrat tersebut.
Beberapa bahan substrat yang telah dicoba adalah beton, semen, keramik, dan gerabah. Karang yang akan ditransplantasikan diambil dengan cara memotong fragmen karang donor kurang lebih sepanjang 5 cm. Karang yang telah dipotong diikatkan pada substrat dengan menggunakan cable ties.
Substrat yang telah diikatkan pada karang diletakkan di atas kerangka besi yang dilapisi jaring untuk memudahkan pengikatan substrat, dan untuk mencegah agar substrat tidak lepas. Rangkaian substrat, karang dan kerangka besi diletakkan di dasar laut pada kedalaman 5 m, ditempatkan sepanjang tali nilon yang telah dipancangkan.
Metode akresi mineral pertama kali dikembangkan oleh W. Hilbertz pada tahun 1977. Metode ini merupakan teknik transplantasi karang dengan pembentukan substrat dari pengendapan mineral Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang terdapat pada air laut pada struktur baja melalui proses elektrolisis. Proses ini diawali saat arus listrik yang dialirkan melalui sumber listrik mengakibatkan mineral kalsium dan magnesium mengendap dengan cepat pada katoda, sedangkan gas khlor dan oksigen meningkat di sekitar anoda. Material yang terbentuk terdiri dari sebagian substrat kalsium karbonat dan bahan kimia lainnya menyerupai substrat ataupun endapan yang dihasilkan karang.
Bahan yang digunakan sebagai katoda adalah baja dan struktur baja tersebut dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran disesuaikan dengan kondisi perairan setempat. Bentuk kubah merupakan uji coba metode akresi mineral yang dilakukan di Bali. Sedangkan bahan yang dapat digunakan sebagai anoda adalah plat baja, karbon, grafit dan titanium.
Dalam metode ini, arus listrik dengan tegangan rendah (3,5 volt dan 2 Amp/m2) dialirkan melalui struktur baja tempat karang transplan diletakkan. Listrik yang mengalir pada katoda dan anoda akan bereaksi dengan air laut dalam kondisi dan tipe reaksi yang berbeda. Artikel mengenai cara pemulihan terumbu karang dengan transplantasi ini semogadapat menjadi man faat badi kita semua, jangan lupa untuk membaca tentang keunikan hard coral / karang keras
Metode Transpantasi Karang di Laut Indonesia
Metode transplantasi karang atau coral ada dua yaitu, metode substrat dasar dan metode akresi mineral yang memberikan tingkat keberhasilan berbeda dalam rehabilitasi terumbu karang. Keberhasilan kedua metode ini perlu dikaji guna mencari alternatif metode yang tepat untuk rehabilitasi ekosistem terumbu karang, terutama di Kepulauan Seribu, karena kerusakan ekosistem terumbu karangnya tertinggi di Indonesia. Apabila tidak segera diatasi dikhawatirkan akam menurunkan produksi perikanan terutama di Laut Jawa dan Selat Malaka.Teknik transplantasi karang yang pertama kali diujicobakan di Indonesia ialah teknik transplantasi dengan metode substrat dasar. Metode ini merupakan metode transplantasi karang dengan pembuatan substrat dari bahan-bahan yang disesuaikan dengan dasar perairan di habitat karang alami. Hal ini dimaksudkan agar karang yang ditransplantasikan mudah melekat pada substrat tersebut.
Beberapa bahan substrat yang telah dicoba adalah beton, semen, keramik, dan gerabah. Karang yang akan ditransplantasikan diambil dengan cara memotong fragmen karang donor kurang lebih sepanjang 5 cm. Karang yang telah dipotong diikatkan pada substrat dengan menggunakan cable ties.
Substrat yang telah diikatkan pada karang diletakkan di atas kerangka besi yang dilapisi jaring untuk memudahkan pengikatan substrat, dan untuk mencegah agar substrat tidak lepas. Rangkaian substrat, karang dan kerangka besi diletakkan di dasar laut pada kedalaman 5 m, ditempatkan sepanjang tali nilon yang telah dipancangkan.
Metode akresi mineral pertama kali dikembangkan oleh W. Hilbertz pada tahun 1977. Metode ini merupakan teknik transplantasi karang dengan pembentukan substrat dari pengendapan mineral Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang terdapat pada air laut pada struktur baja melalui proses elektrolisis. Proses ini diawali saat arus listrik yang dialirkan melalui sumber listrik mengakibatkan mineral kalsium dan magnesium mengendap dengan cepat pada katoda, sedangkan gas khlor dan oksigen meningkat di sekitar anoda. Material yang terbentuk terdiri dari sebagian substrat kalsium karbonat dan bahan kimia lainnya menyerupai substrat ataupun endapan yang dihasilkan karang.
Bahan yang digunakan sebagai katoda adalah baja dan struktur baja tersebut dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran disesuaikan dengan kondisi perairan setempat. Bentuk kubah merupakan uji coba metode akresi mineral yang dilakukan di Bali. Sedangkan bahan yang dapat digunakan sebagai anoda adalah plat baja, karbon, grafit dan titanium.
Dalam metode ini, arus listrik dengan tegangan rendah (3,5 volt dan 2 Amp/m2) dialirkan melalui struktur baja tempat karang transplan diletakkan. Listrik yang mengalir pada katoda dan anoda akan bereaksi dengan air laut dalam kondisi dan tipe reaksi yang berbeda. Artikel mengenai cara pemulihan terumbu karang dengan transplantasi ini semogadapat menjadi man faat badi kita semua, jangan lupa untuk membaca tentang keunikan hard coral / karang keras
Next: Pengertian Terumbu Karang |